Acara “Rembug Jogja”
untuk melengkapi HUT Yogyakarta, Dianggap Mirip Penyuluhan.
Bertepatan dengan hari jadinya
yang ke 256, Perayaan HUT Yogyakarta dilengkapi dengan Acara rembug Jogja.
Acara rembug Jogja diadakan di nDalem Sompilan, Jl. Ngasem 12 Yogyakarta. Pada
Rabu malam 10 Oktober 2012. Rembug Jogja diisi oleh Wali Kota Yogyakarta,
Haryadi Suyuti, dan pembicara lain termasuk Yuwono Sri Suwito yang merupakan
budayawan yang berasal dari Yogyakarta. Acara ini terbuka untuk siapapun,
termasuk warga luar kota yang datang ataupun mereka yang berada di luar kota
dapat ikut berperan aktif menyampaikan kritik dan saran atau aspirasi kepada
Pemerintah Kota Yogyakarta melalui jejaring sosial. Masyarakat dapat langsung
menyampaikan masukan melalui obrolan dalam Twitter menggunakan hastag
#rembugjogja. Tetapi acara Rembug Jogja diwarnai berbagai kicauan sinis dalam
Twitter, di tengah acara yang dimulai pukul 19.00 dan berakhir pukul 22.00 ini,
banyak kicauan di Twitter mengeluhkan tentang acara yang di gelar. Padahal
setiap kicauan dalam Twitter yang menggunakan hastag #rembugjogja ditampilkan di
layar besar, dan dapat dibaca oleh para masyarakat yang hadir dalam acara
tersebut. “Rembug Jogja malah mirip seminar, kok malah orasi kebudayaan. Rembug
jogja jangan lama-lama orasi politik.” Begitulah kicauan dari pemilik akun
Twitter @Sulthan_01 sekitar pukul 22.00. Personel ERWE band, Djati Pambudi
Wibowo ikut menyampaikan aspirasinya. Ia menyatakan cukup kecewa atas keseluruhan
acara yang digelar.
Selama tiga jam mengikuti gelaran Rembug Jogja, aspirasinya mengenai
penolakan penghapusan Sego Segawe hanya mendapatkan tanggapan singkat dari Wali
Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti. Menurutnya, acara yang seharusnya bisa
menampung lebih banyak masukan dari masyarakat justru didominasi oleh pandangan
sepihak dari satu dua narasumber sehingga malah mirip penyuluhan. “Acara ini
seharusnya bisa menciptakan kemesraan antara rakyat dan pemerintah, dan lebih
fokus pada masukan-masukan dari rakyat”, tegasnya seusai acara. Meski sempat
menuai banyak kicauan negatif, pria yang akrab disapa wowok ini tetap
mengapresiasi dan menghargai usaha Pemerintah Kota Yogyakarta untuk
mendengarkan suara rakyatnya. Namun ia berharap, acara serupa bisa terus
digelar untuk menjaring lebih banyak aspirasi masyarakat. Ia sendiri
berkomitmen akan terus memanfaatkan social media sebagai media dalam
menyampaikan kritik dan saran bagi Yogyakarta. “Daripada turun ke jalan, social
media bisa menjadi media untuk menyampaikan pesan damai,”. Tekannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar